Hidrografi adalah suatu keilmuan yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang apa yang berada di bawah suatu perairan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi yang disebut teknologi hidro akustik. Sehingga survei hidrografi sering digunakan untuk membantu memperkirakan struktur geologi di dasar laut, eksplorasi dan eksploitasi mineral/tambang di bawah laut, menentukan lokasi yang baik untuk jalur pipa atau kabel bawah laut, membantu pemantauan pada pipa atau kabel bawah laut untuk melakukan pengontrolan dan inspeksi, dan juga untuk menentukan analisis dampak lingkungan setelah terjadi eksploitasi di dasar laut.
Kata hidrografi merupakan serapan dari bahasa inggris, ‘hydrography’. Secara etimologis, ‘hidrography’ ditemukan dari kata sifat dalam bahasa Prancis abad pertengahan ‘hydrographique’, sebagai kata yang berhubungan dengan sifat dan pengukuran badan air, misalnya: kedalaman dan arus (Merriam-Webster Online, 2004 dalam)
Survei adalah kegiatan terpenting dalam menghasilkan informasi hidrografi, seperti: penetuan posisi laut dan penggungaan sistem referensi, pengukuran kedalaman, pengukuran arus, pengukuran sedimen, pengamatan pasut, pengukuran detil situasi dan garis pantai. (Eka Djunasjah, 2005 dalam)
Pekerjaan yang memanfaatkan ilmu Survei hidrografi pada pekerjaan dilapangan terbilang banyak, salah satu contohnya dalam jurnal ini adalah pekerjaan pemantauan pipa di dasar laut. Pada pekerjaan ini menggunakan beberapa peralatan survei hidrografi seperti Multibeam Echosounder (MBES), Side Scan Sonar (SSS), dan Magnetometer. Peralatan tersebut digunakan untuk memberikan informasi mengenai kedalaman laut, fitur-fitur dasar laut, dan informasi posisi dan kondisi pipa setelah dipantau dan dikontrol kembali.
Dalam pelaksanaanya kegiatan survei, pada prosesnya tidak terlepas dari keperluan adanya dasar ketinggian yang akan digunakan (seperti: Pasang Surut (Pasut), Mean Sea Level (MSL), Chart datum, dll) berikut penjelasan yang berkaitan dengan dasar ketinggian yang dapat digunakan pada peta laut atau peta hidrografi.
- Pasang Surut
Pasang surut air laut adalah perubahan ketinggian air laut yang disebabkan oleh adanya gaya tarik-menarik antara bumi dengan benda luar angkasa.Bulan dan Matahari memiliki pengaruh terbesar terhadap fenomena pasang surut air laut.
- Mean Sea Level (MSL)
MSL merupakan acuan tinggi untuk penentuan ketinggian di daratan. MSL diperolehdengan melakukan pengamatan pasang surut air laut dalam periode waktu tertentu, sedangkan acuan tinggi dilaut berbeda dengan acuan tinggi di daratan
- Chart datum (surutan peta)
Chart datum merupakan permukaan terendah air laut yang digunakan sebagai bidang referensi sebagai acuan tinggi dalam pembuatan peta dilaut.Untuk mengetahui pengaruh panjang data pengamatan terhadap ketelitian MSL maka pada penelitian ini dilakukan pembagian ke dalam 3 data yaitu data pasang surut 1 bulan, 3bulan, 6 bulan dan 1 tahun.
Data pasang surut hasil pengamatan dari masing-masing panjang data, dianalisis menggunakan program worltides dan worldcurrents 2010 untuk mendapatkan 9 komponen pasang surut (O1, P1, K1, M2, N2, S2, K2, M4 MS4). 9 Komponen pasang surut digunakan untuk menentukan nilai chart datum dari lima model chart datum yaitu LPLW (Lowest Possible Low Water), ISWL (Indiana Springs Water Level), MSLW (Mean Springs Water Low), DISHIDROS TNI-AL (Dinas Hidro-Oseanografi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut), dan IHO (International Hidrographic Organization). Empat model chart datum LPLW, ISWL, MSL, dan DISHIDROS dicari kedudukan vertikalnya tehadap model chart datum IHO. Hasil dari penelitian ini adalah nilai model chart datum yang sesuai dengan perairan Cilacap (studi kasus di Cilacap). Hingga pada akhirnya model yang sesuai untuk perairan Cilacap berdasarkan penelitian ini adalah model chart datum DISHIDROS dengan kedudukan vertikal terendah terhadap IHO yaitu 0.0116 (m).
Chart datum adalah suatu titik atau bidang referensi yang digunakan pada peta-peta navigasi maupunpada peramalan pasang surutdan umumnya dihubungkan terhadap permukaan air rendah (Ongkosongo S.,1989). Dari pengertian tersebut dapat dijabarkan lagi bahwa chart datum adalah bidang referensi yang berupa permukaan terendah air laut yang digunakan sebagai acuan tinggi (kedalaman) dalam pembuatan peta laut yang diperoleh dari hitungan dan analisis data pengamatan pasang surut air laut. Model-model Chart Datum adalah sebagai berikut:
- Lowest Possible Low Water (air terendah yang mungkin terjadi). Datum ini digunakan oleh negara Prancis utuk keperluan peta lautnya. Level ini tidak dapat diuraikan secara eksak oleh rumus Harmonik. Sebagai pendekatan digunakan rumus, berikut:
Ket :
S0 = Kedudukan Muka Laut Rata-rata (MSL)
CD = kedudukan chart datum
M2, S2, K2 = Amplitudo komponen pasang surut M2, S2, K2
- Indian Spring Low Water (ISWL), merupakan datum pertama kali yang diperkenalkan Sir G. Darwin ketika menyelidiki pasut India. Untuk menentukan bidang ini digunakan rumus, berikut:
Ket :
S0 = Kedudukan Muka Laut Rata-rata (MSL)
CD = kedudukan chart datum
M2, S2, K2 = Amplitudo komponen pasang surut M2, S2, K1, O1
- Mean Spring Low Water (MSLW), merupakan rata-rata air terendah pada saat pasang surut purnama, dinyatakan dalam rumus berikut:
Ket :
S0 = Kedudukan Muka Laut Rata-rata (MSL)
CD = kedudukan chart datum
- Datum definisi DISHODROS, merupakan chart datum yang didefinisikan oleh DISHODROS digunakan sebagai acuan peta laut di Indonesia
Ket :
S0 = Kedudukan Muka Laut Rata-rata (MSL)
CD = kedudukan chart datum
Ai = Amplitudo 7 komponen pasang surut utama O1, P1, K1, M2, N2, S2, K2
- Chart Datum menurut definisi Hidrografi Internasional (IHO), didasarkan atas penentuan sebuah bidang yang serendah mungkin, dirumuskan sebagai berikut:
Ket :
S0 = Kedudukan Muka Laut Rata-rata (MSL)
CD = kedudukan chart datum
Ai = Amplitudo komponen pasang surut yang dihasilkan dari analisis pasut sesuai dengan panjang data pengamatan
Pemeruman adalah proses dan aktivitas yang ditujukan untuk memperoleh gambaran (model) bentuk permukaan (topografi) dasar perairan (seabed surface). Proses penggambaran dasar perairan tersebut (sejak pengukuran, pengolahan hingga visualisasi) disebut dengan survei batimetri. Model batimetri (kontur kedalaman) diperoleh dengan menginterpolasikan titik-titik pengukuran kedalaman bergantung pada skala model yang hendak dibuat.
Titik-titik pengukuran kedalaman berada pada lajur-lajur pengukuran kedalaman yang disebut sebagai lajur perum (sounding line). Jarak antar titik-titik fiks perum pada suatu lajur pemeruman setidak-tidaknya sama dengan atau lebih rapat dari interval lajur perum.
Pengukuran kedalaman dilakukan pada titik-titik yang dipilih untuk mewakili keseluruhan daerah yang akan dipetakan. Pada titik-titik tersebut juga dilakukan pengukuran untuk penentuan posisi. Titik-titik tempat dilakukannya pengukuran untuk penentuan posisi dan kedalaman disebut sebagai titik fiks perum. Pada setiap titik fiks perum harus juga dilakukan pencatatan waktu (saat) pengukuran untuk reduksi hasil pengukuran karena pasut.
Desain Lajur Perum, pemeruman dilakukan dengan membuat profil (potongan) pengukuran kedalaman. Lajur perum dapat berbentuk garis-garis lurus, lingkaran-lingkaran konsentrik, atau lainnya sesuai metode yang digunakan untuk penentuan posisi titik-titik fiks perumnya. Lajur-lajur perum didesain sedemikian rupa sehingga memungkinkan pendeteksian perubahan kedalaman yang lebih ekstrem. Untuk itu, desain lajur-lajur perum harus memperhatikan kecenderungan bentuk dan topografi pantai sekitar perairan yang akan disurvei. Agar mampu mendeteksi perubahan kedalaman yang lebih ekstrem lajur perum dipilih dengan arah yang tegak lurus terhadap kecenderungan arah garis pantai.
Dari pengukuran kedalaman di titik-titik fiks perum pada lajur-lajur perum yang telah didesain, akan didapatkan sebaran titik-titik fiks perum pada daerah survei yang nilai-nilai pengukuran kedalamannya dapat dipakai untuk menggambarkan batimetri yang diinginkan. Berdasarkan sebaran angka-angka kedalaman pada titik-titik fiks perum itu, batimetri perairan yang disurvei dapat diperoleh dengan menarik garis-garis kontur kedalaman. Penarikan garis kontur kedalaman dilakukan dengan membangun grid dari sebaran data kedalaman. Dari grid yang dibangun, dapat ditarik garis-garis yang menunjukkan angka-angka kedalaman yang sama.
Prinsip Penarikan Garis Kontur
Teknik yang paling sederhana untuk menarik garis kontur adalah dengan teknik triangulasi menggunakan interpolasi linier. Grid dengan interval yang seragam dibangun di atas sebaran titik-titik tersebut. Nilai kedalaman di setiap titik-titik grid dihitung berdasarkan tiga titik kedalaman terdekat dengan pembobotan menurut jarak. Dari angka-angka kedalaman di setiap titik-titik grid, dapat dihubungkan dari titik-titik yang mempunyai nilai kedalaman yang sama.
Penentuan Posisi Titik Fix Perum Menggunakan GPS
Posisi atau letak atau kedudukan atau tempat di laut dapat dinyatakan dengan koordinat. Koordinart tersebut terkait dengan suatu sistem tertentu, sehingga antara satu posisi dengan posisi lainnya dapat terkait hubungannya secara matematis. Sistem koordinat yang untuk posisi horizontal di laut umumnya menggunakan sistem koordinat geografis dan koordinat kartesian/kartesius. Sistem koordinat geografis mempunyai pengertian bahwa semua posisi tempat yang dalam hal ini diwakili titik, dinyatakan dengan lintang dan bujur geografis. Sedangkan sistem koordinat kartesian mempunyai pengertian bahwa semua posisi tempat yang dalam hal ini diwakili titik, dinyatakan dengan absis dan ordinat atau x dan y.
Pada pengukuran batimetri (kedalaman laut) dilakukan di atas wahana yang bergerak, baik yang disebabkan oleh wahananya sendiri, maupun karena permukaan air laut itu sendiri yang selalu bergerak vertikal ataupun horizontal. Dengan demikian maka setiap kali pengukuran kedalaman perlu ditentukan pula posisinya (horizontal dan vertikal) pada saat yang bersamaan, dengan demikian setiap angka kedalaman (z) yang didapat akan dapat dikenal/ditentukan posisinya (x,y). Posisi kedalaman yang didapat dari pengukuran ini disebut dengan titik Snellius, sedangkan posisi kedalaman yang terletak di antara dua titik Snellius ditentukan dari hasil interpolasi jarak terhadap kedua titik tersebut. Penentuan posisi titik-titik Snellius menggunakan alat bantu yang berupa elektronik maupun bukan elektronik (optic).
GPS adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi menggunakan satelit. GPS terdiri dari tiga segmen utama, yaitu:
- Segmen angkasa (space segment) yang terdiri dari satelit-satelit GPS
- Segmen sistem kontrol (control system segment) yang terdiri dari stasiun-stasiun pemonitor dan pengontrol satelit
- Segmen pemakai (user segment) yaitu terdiri dari pemakai GPS termasuk alat-alat penerima dan pengolah signal dan data GPS
Satelit GPS dapat dianalogikan sebagai stasiun radio di angkasa, yang dilengkapi dengan antena-antena untuk mengirim dan menerima sinyal-sinyal gelombang. Sinyal-sinyal ini selanjutnya diterima oleh receiver GPS di atau dekat permukaan bumi dan digunakan untuk menentukan posisi, kecepatan maupun waktu. Selain itu, satelit GPS dilengkapi dengan peralatan untuk mengontrol tingkah laku satelit serta senso-sensor untuk mendeteksi peledakan nuklir dan lokasinya.
Satelit GPS terdiri dari 24 satelit yang menempati enam bidang orbit yang bentuknya mendekati lingkaran. Orbit satelit GPS berinklinasi 55° terhadap bidang ekuator dengan ketinggian rata-rata dari permukaan bumi sekitar 20.200 km. Satelit GPS bergerak dalam orbitnya dengan kecepatan kira-kira 3,87 km/s dan mempunyai periode 11 jam dan 58 menit (sekitar 12 jam). Dengan adanya 24 satelit yang mengangkasa tersebut, 4 sampai 10 satelit GPS akan selalu dapat diamati pada setiap waktu darimanapun di permukaan bumi (Abidin, 2005 dalam Muhajir, 2014).
Pelaksanaan Survey Batimetri
1.Survei Batimetri
1. Persiapan
1.1. Persiapan administrasi
- Pemilihan dan penunjukan personel.
- Pembentukan tim beserta surat tugas
- Perencanaan biaya survei
- Perijinan dari pihak berwenang
- Koordinasi dengan instansi terkait
- Kelengkapan administrasi lainnya yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan survei
1.2. Persiapan teknis
- Menyiapkan peta dasar daerah survei untuk pembuatan peta kerja antara lain: peta laut indonesia, peta rupa bumi, peta hasil survey sebelumnya (bila ada)
- Menyiapkan data penunjang, antara lain : kondisi lingkungan daerah survey dan sekitarnya, data pasang surut, data arus, data koordinat dan deskripsi titik ikat/referensi kontrol horizontal terdekat
- Melakukan desktop studi di peta dasar
- Menentukan klasifikasi dan tingkat akurasi survey
- Merencanakan distribusi pemasangan BM
- Merencanakan lajur pemeruman
- Merencanakan distribusl lokasi pemasangan stasiun pasang surut.
- Merencanakan distribusi lokasi pengamatan arus dan kondisi meteorologi.
- Merencanakan lokasi pengambilan sampel dasar laut dan pengukuran sifat fisik air laut.
1.3. Persiapan lain
- Pembagian tugas person el
- Pengarahan teknis tentang permasalahan teknis survei, deskripsi kerja dan deskripsi wilayah survei
- lnventarisasi dan pengecekan peralatan survei yang akan digunakan.
- Penyiapan, pengemasan, dan pengiriman peralatan dan bahan survei
- Perencanaan dan penyiapan logistik yang diperlukan untuk mendukung peralatan dan personil selama pelaksanaan survey
- Menyiapkan rencana pelaksanaan mobilisasi personel dan peralatan
1.4. Survei pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih nyata tentang kondisi daerah survei, dengan tujuan untuk menyempurnakan perencanaan yang telah Kegiatan yang dilakukan dalam survei pendahuluan ini sebagai berikut :
- Melakukan sosialisasi dan perijinan tentang rencana pelaksanaan survei ke instansi terkait
- Survei lokasi dan mencari serta menyiapkan basecamp
- Mencari kapal survei yang memadai dan layak laut untuk kegiatan survei
- Orientasi lokasi titik kontrol yang sudah ada dan lokasi tempat untuk pembuatan titik kontrol yang direncanakan
- Orientasi garis pantai, lokasi rencana pembuatan stasiun pasut, stasiun arus, dan lain lain
- Mencari informasi tentang ketersediaan sarana transportasi, lokasi-lokasi yang dapat disinggahi dan mendukung ketersediaan logistik, material bahan bangunan serta bahan survei
- Mereview rencana survey berdasarkan kondisi di lokasi serta menyiapkan alternatif rencana pelaksanaan survey
- Melaksanakan pembongkaran kemasan dan melaksanakan install serta
- setting peralatan survey di titik lokasi yang ditentukan
2. Klasifikasi dan tingkat ketelitian survei
- Orde khusus
- Orde 1A
- Orde 1B
- Orde 2Pelaksanaan survei
3. Pelaksanaan survei
Pelaksanaan survei hidro oceanografi bertujuan untuk mengetahui kondisi di permukaan dan bawah permukaan air laut, kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan survei untuk keperluan pengambilan data yang terdiri atas :
- Pengukuran posisi titik kontrol horizontal dan vertikal
- Pengukuran dan pengamatan garis pantai
- Pengukuran posisi sarana bantu navigasi pelayaran dan objek-objek penanda penting lainnya
- Pengamatan pasang surut
- Pengukuran garis nol kedalaman
- Pemeruman (bathymetri)
- Pengukuran arus
- Penentuan sifat fisik air laut (konduktifitas, temperature, kecerahan dan tekanan)
- Pengukuran angin dan gelombang
- Pengukuran dan identifikasi sedimen dasar laut
- Pengamatan kondisi dasar lau
b. Pengukuran Posisi Sarana Bantu Navigasi Pelayaran dan Objek-Objek Penanda Penting Lainnya
Pengukuran sarana bantu navigasi dan objek-objek penting meliputi garis pantai, bangunan tinggi, gosong, bagan ikan dan lain lain harus diikatkan dalam keranqka kontrol horisontal yang telah dibuat berdasarkan datum DGN-95. Pengukuran posisi horisontal menggunakan metode pengukuran GPS pada ketelitian seperti pada tabel 1. Pelaksanaan di lapangan adalah dengan mengukur posisi , jenis sarana bantu navigasi, karakter, ketinggian, jarak tampak dll. Untuk selanjutnya dituangkan dalam sebuah deskripsi SBNP.
c. Penentuan garis nol kedalaman
Penentuan garis nol kedalaman (datum vertikal) mengacu pada muka surutan yang ditentukan melalui pengamatan pasut pada stasiun permanen atau temporal yar.g dilakukan minimal selama 29 hari. Nilai datum ditetapkan dari nilai hitungan Lowest Low Water (LLW) pada stasiun-stasiun pasut yang digunakan
d. Pemeruman
Sebelum pemeruman (bathymetri) dilaksanakan, semua posisi harus terikat pada titik kontrol horisontal. Dalam hal penentuan posisi yang memerlukan ketelitian tinggi dengan menggunakan metode Kinematik-GNSS maka harus dipenuhi kriteria berikut untuk menjaga kualitas penentuan posisi:
- Umur koreksi K-GNSS tidak lebih dari 2 detik
- Jumlah minimal satelit aktif/terpantau hingga bisa diteruskan dengan pekerjaan pemeruman adalah 4 (empat)
- Selama pemeruman berlangsung POOP tidak melebihi 6 (enam)
- Sudut tutupan (mask angle) adalah 10 derajat dari horizontal
- lntegritas signal GNSS harus selalu dipantau
- Dilakukan kalibrasi terhadap peralatan penentuan posisi yang digunakan serta dilakukan pengecekan paling sedikit seminggu sekali selama survei. Pengecekan dilakukandengan kondisi alat tetap pada posisinya
Literatur:
Ongkosong, S. (1989) : Asean-Australian Cooperative Programs on Marine Science Project 1 : Tidal and Phenomena. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Pusat Penelitian dan Pengembangan Oceanologi: Jakarta.
Pradipta, Nuardi Dwi., Prasetyo, Yudo., Wijaya, Arwan Putra. (2015) : Analisis Pasang Surut Air Laut Menggunakan Data Ioc (Intergovermental Oceanographic Comission)
Muhajir, A. (2012, June 14). Pemeruman- Sounding. Retrieved from Belajar Geomatika| Share knowledge about Geomatics: https://belajargeomatika.wordpress.com/2012/06/14/pemeruman-sounding/
DAFTAR SEKARANG!!
Training Center di Yogyakarta
Contact us
1. Dwi Purwanto
085602006858 (m3)
081328361414 (simpati)
Email: fetc.trainingcenter@gmail.com
admin@frastatraining.com
2. Kurnia
08179414410 (xl)
Email: kurniafrasta@gmail.com
FETC,Ruko house of Tajem no A 1 JL Raya Tajem km 2 Panjen Wedomartani Ngemplak Sleman Yogyakarta,
Telp 0274 4462970
OUR SOCIAL MEDIA
mau lanjut WA langsung??
Materi Selengkapnya Click Di Sini
Informasi Pelatihan Selengkapnya Click Di Sini
#hidrografi
#pelatihanhidrografi
#pelatihanpemetaanindonesia
#SurveyorIndonesia
#surveying #mining #surveyor #fetc
#training #pelatihan #belajargps
#belajaruav #belajarsurvey
#pertambangan #surveyortambang
#juruukur #trainingpemetaanindonesia
#pelatihansurveydanpemetaan
#pelatihanpemetaan
#kursussurveydanpemetaan
#materisurveypemetaan
#pelatihanjuruukursurveypemetaan
#surveypemetaan
#geolistrik
#geolistrikonline
#pelatihangeolistrik
#pelatihangeolistrikonline
#geofisika
#mencariairtanah
Pada masa mana sesuai mengambil level di laut untuk transfer ke darat di established kan di darat bole di guna pakai.
Diambil pada posisi pasang tertinggi, surut terendah dengan durasi minimal 15 hari sehingga akan diperoleh nilai rerata